rss

Selasa, 23 Maret 2010

0 Perjuangan Ibu Bercadar dan Bayinya


Sangat duhaka mereka yang tidak taat dan tidak patuh pada orangtuanya, terkhusus kepada ibu. Suka membantah. Angkuh. Arogan. Sombong. Bagian dari gerbong kedurhakaan itu. Mereka tidak tahu sedikit pun apa yang telah dikorbankan sang ibunya di waktu ia masih kecil dan dibadung. Kehidupan dunia semakin bising saja. Hiruk-pikuk mencari harta kerap melupakan saudara dan orangtua. Apa yang saya temukan berikut ini, semoga dapat memberikan pencerahan dan membuat kita semakin berbakti kepada orangtua.

Jam kuliah telah berakhir, saya pun langsung meluncur ke halte penantian bus menuju distrik 10, dimana saya tinggal. Tidak lama, bus yang saya nanti pun datang. Puluhan penumpang, yang mayoritas mahasiswa langsung berlarian mengejar dua pintu utama bus itu. Bus bernomor 80 coret itu memang selalu penuh dan sesak, kalau aktivitas perkuliah sudah mulai aktif. Maklum, itu bus satu-satunya yang lewat distrik 10 dan kampus Al-Azhar, tempat saya mendulang ilmu. Kalau bus itu sudah keluar dari terminal, jangan harap harap bisa dapat duduk, akibat dari banyaknya penumpang yang ngefans sama bus yang satu itu. Kebetulan siang itu, saya dapat duduk di kursi barisan paling belakang.
Saat bus itu telah menempuh separo perjalanan dari tujuan saya, pas di sebuah tingkungan, tiba-tiba seorang ibu bercadar sembari mengendong bayi mungil naik. Si ibu dan bayinya pun berusaha menembus sesaknya penumpang bus, siang itu. Barangkali banyak mengira kalau ibu naik untuk menempuh sebuah tujuan tertentu. Tapi perkiraan itu sangat jauh, karena ibu dan bayi mungilnya itu naik untuk mencari sesuap nasi di atas bus itu, melalui beberapa receh logam para penumpang.
Setelah berhasil menempuh rapatnya penumpang, ibu bercadar itu mulai mengeruk-ngeruk kantong plastik tetengannya. Tidak lama, tangannya pun mengeluarkan segenggam permen. Berjalan selangkah demi selangkah, ibu bercadar dengan bayi mungil itu berjalan membagikan permen satu persatu kepada penumpang bus. Jangan dikira itu permen gratis untuk menikmati perjalanan Anda! Sebab, permen itu adalah salah satu cara orang di Mesir meminta sedekah atau belas kasihan orang lain. Permen, tisu, kertas berisi hadist/ ayat al-Quran, jualan pentul dan karet mur adalah salah satu alat untuk mengais receh atau mengundang recehan dari kantong penumpang.
Saya yang duduk disudut paling belakang merasa terenyuh, terharu dan sedih melihat beratnya perjuangan ibu bercadar itu. Selain harus mengendong bayinya di tengah teriknya siang, ia mesti menyebarkan permen di sesaknya penumpang bus untuk mendapatkan sesuap nasi. Saya perhatikan, jilbab plus cadar yang dikenakan ibu itu sudah kelihatan lusuh, kotor dan disisi belakang tampak robekan sedikit, semakin meyakinkan kondisinya yang sulit dan membutuhkan.
Pemandangan orang minta sedekah di atas bus, bukan hal yang baru bagi saya. Sebab hampir tiap hari, ada-ada saja yang meminta sedekah di atas bus, baik anak kecil, bapak tua, dan terkadang wanita separuh baya. Namun, yang saya temukan siang itu jauh berbeda, seorang ibu bercadar sembari mengedong bayi mungil yang tampak sedang tertidur lelap. Barangkali saja dia sudah makan tadi pagi sebelum dibawah oleh ibunya mengadu nasib di atas bus sehingga bisa terlelap begitu nyenyaknya. Semoga…!
Setelah membagi permen dari barisan belakang sampai ke depan, ibu pun mulai kembali ke barisan paling belakang. Tujuannya, ingin mengambil uang dari orang-orang yang ia titipkan sebuah permen tadi. Dari barisan saya, tampak hampir semua mengeruk kantongnya. Sedih dan kasihan. Itu barangkali yang mengundang mereka sempati dan mengeluarkan sedikit dari belanjanya. Dari gerak jalan ibu, terlihat gerak yang sudah oyong, sebagai tanda dari capek dan ketihnya. Barangkali ia telah berkali naik dan turun bus dari tadi pagi hingga siang hari.
 Mata saya terus berlinang melihat perjuangan ibu itu, dan sungguh beruntung anak itu mendapatkan ibu yang sangat penyayang kepadanya. Sebab, bisa saja seorang ibu membuang dan menelantarkan anaknya di pusat kota atau di pikiran pasar sana untuk lari dari tanggung jawab. Lepas dari beban keluarga. Namun, tidak bagi ibu bercadar itu, walaupun terpaksa meminta-minta ia terus berusaha memberikan yang terbaik buat anaknya.
Saya mendoakan, semoga anaknya kelak menjadi anak yang sholeh, berbakti dan membangga orangtuanya, terkhusus ibunya. Termakasih ibu. Jasamu tidak akan sanggup kami balas, tapi kami akan berusaha menyenangkan dan membanggakanmu selalu. Mari berbakti dan patuh padanya, sebagai balasan dari basahan jerih payah dan keringatnya.[]
Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Like This Yoo

Radiology Zone on Facebook
free counters

Asal Pengunjung

 

Follower


Follower FB